Menyapa ramah guru dan sahabat
Pagi itu mentari bersinar cerah. Embun-embun sisa semalam telah menguap cepat, menyambut langkah semangat pagi. Senyum-senyum merekah indah. Menyapa dan menatap semua yang berjumpa. SMA Negeri 11 ramah, penuh senyum dan saling menyapa.
Budaya senyum, salam, dan sapa atau yang biasa dikenal dengan budaya 3S merupakan budaya yang harus dilestarikan. Senyum, salam, dan sapa merupakan pembuka interaksi yang terjadi di sekolah. Interaksi antarwarga sekolah dengan senyum, salam, dan sapa dapat meningkatkan kerukunan, serta menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembiasaan senyum, salam, dan sapa sangat baik karena dapat mewujudkan sikap yang positif dalam diri, sehingga tercapai komunikasi baik.
Menurut penelitian, ketika senyum otot wajah yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan cemberut yaitu sekitar 17 otot, dibandingkan dengan ketika cemberut yaitu 43 otot. Senyum dapat mengurangi kinerja otot wajah yang tidak perlu. Senyum juga dapat bermanfaat untuk mengurangi stress. Selain itu, senyum juga bernilai ibadah.
Salam merupakan suatu pernyataan hormat yang menciptakan kondisi damai. Salam membuat orang saling mengenal dan memahami, hingga tercipta saling menyayangi. Ketika orang memberikan salam kepada orang lain, orang lain akan merasa senang dan merasa diperhatikan. Jadi, salam merupakan tindakan baik yang sangat dianjurkan dalam lingkungan sekolah.
Sapa merupakan perkataan untuk menegur, saling bercakap-cakap. Sapa merupakan salah satu sikap saling menghoramati. Ketika guru atau teman kita sapa, mereka akan menghargai, sehingga akan terwujud aura yang positif.
Saat ini budaya senyum, salam, dan sapa sedikit tergerus oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menjadikan seseorang untuk bersikap lebih individual. Penggunaan gawai yang berlebihan akan mengurangi interaksi siswa dengan lingkungan sosial. Kasus yang sering terjadi yaitu siswa hanya berjalan ketika berpapasan dengan guru. Selain itu, siswa akan menyapa jika bertemu teman sekelas. Tidak ada lagi inisiatif untuk menyapa, maupun senyum.
Keadaan dilapangan menjadikan senyum, salam, dan sapa sangat diperlukan. Diawali dengan guru yang selalu menyambut kedatangan siswa dengan ramah. Interaksi ini dapat menularkan semangat saling peduli diantara guru dan siswa. Penanaman karakter, mencetak akhlak mulia dalam diri siswa bukan dengan doktrin kata-kata, akan tetapi dengan sikap baik yang terus menerus dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepedulian sosial harus diciptakan bersama dengan memulai tindakan senyum, salam, dan sapa. Pembiasaan senyum, salam, dan sapa mengajarkan sikap ramah dan mendatangkan perasaan aman, nyaman dan menggembirakan. Interkasi positif ini harus terus dilakukan, di dalam kelas, di lingkungan sekolah, sampai di lingkungan tempat tinggal. (AAP)